Rahim Pengganti

Bab 124 "Kejutan Untuk Siska"



Bab 124 "Kejutan Untuk Siska"

0Bab 124     

Kejutan untuk Siska.     

Di lantai bawa sudah ada bunda Iren bersama dengan Tante Elsa yang sedang berbincang di sana melihat hal itu membuat, Carissa langsung menghampiri kedua wanita tersebut.     

"Pagi Bund, pagi Tan," sapa Carissa. Keduanya menoleh ke arah Caca dan membalas sapaan pagi yang wanita itu. Melody yang sudah tampil cantik, juga tak lupa untuk di sapa.     

Melody sangat bahagia ketika bunda Iren, mengatakan bahagia melihat dirinya menggunakan pakaian tersebut.     

"Makaosh Oma bunda," ucapnya.     

"Sama sama sayang."     

Ketika wanita itu lalu, bercengkrama bersama. Carissa banyak mendengar petuah yang diberikan oleh bunda Iren mengenai makanan supaya ASI nya lancar, karena biasanya bayi laki laki lebih banyak meminum ASI nya. Carissa menganggukkan kepalanya, mendengarkan setiap saran yang diberikan oleh bunda Iren.     

Pagi ini semua orang makan dengan sangat lahapnya, tak lupa juga bunda Iren selalu mengingatkan Carissa untuk selalu makan makanan yang bergizi. Wanita paruh baya itu, juga memberikan perhatiannya untuk semua orang yang tinggal di rumah tersebut.     

"Hari ini, kamu jangan lupa pergi ke Malang," ucap Bian kepada adiknya itu. Mendengar hal itu membuat Siska hanya bisa menghela nafasnya berat.     

"Emang untuk apa aku ke sana Mas?" tanya Siska, perempuan itu terkejut tadi pagi diberitahukan untuk pergi ke Malang, bukan tanpa sebab sebelumnya Siska tidak diberitahu jika dia harus pergi dan juga wanita itu masih mau membantu sang kakak ipar di rumah, untuk mengurus kedua keponakannya.     

"Ada urusan penting, kamu pergi aja nanti di antar sama Pak Paijo," jawab Bian. Siska menatap aneh ke arah abangnya itu, bagaimana tidak tidak biasanya dirinya pergi ke luar kota dengan supir. Tapi kali ini, akan pergi bersama dengan supir hal itu membuat Siska hanya bisa diam.     

Selesai dari sarapan pagi, semuanya kembali dengan aktifitas masing masing, begitu juga dengan Siska yang ikut membantu Carissa sedangkan bunda Iren sedang bersama dengan Melody.     

"Kamu mau coba?" tanya Carissa saat ini mereka sedang berjemur di balkon kamar bersama dengan Ryu yang ada dalam gendongan Caca.     

Siska menggelengkan kepalanya, wanita itu masih takut, bagi Siska Ryu masih terlalu muda wanita itu tidak mau menyakiti keponakannya padahal, Carissa sudah pernah mengajarkan Siska cara menggendong anaknya itu tapi tetap saja Siska masih kaku dengan hal itu.     

"Takut mbak gak usah nanti Ryu malahan kenapa kenapa lagi," ucapnya.     

"Gak loh. Kamu gak mungkin sengaja menjatuh Ryu, kamu percaya akan diri kamu sendiri," balas Carissa. Namun, Siska masih tetap tidak mau, wanita itu tidak ingin mengambil resiko yang akan membuat semuanya menyesal jika hal tersebut terjadi.     

Tok     

Tok     

Tok     

Ketukan dari luar membuat kedua orang itu, saling menatap satu dengan lainnya.     

"Tolong dek, di bukakan," pinta Carissa. Siska segera beranjak dari tempat duduknya.     

"Permisi non, di luar ada den Elang yang datang," ujar Susi. Dahi Siska berkerut mendengar hal itu, untuk apa Elang datang ke rumah ini pikir Siska.     

"Ngapain bi?" tanya Siska.     

"Aduh non. Saya kurang tahu, kenapa den Elang datang, coba deh non Siska turun dulu," jawab bi Susi.     

Siska menghela nafasnya panjang, wanita itu lalu berkata "Ya sudah, nanti aku ke bawa ya bi, terima kasih," ucap Siska.     

Bi Susi segera pergi dari tempat tersebut, meninggalkan kamar tersebut. Siska segera mendekati Carissa kembali, ibu dua anak itu sudah membawa Ryu masuk ke dalam kamar nya.     

"Kenapa?" tanya Carissa.     

"Ada mas Elang di bawa mbak."     

"Ya udah sana temuin. Masa kamu di sini," ucap Carissa. Raut wajah Siska seketika langsung berubah, cemberut mendengar ucapan dari Carissa.     

"Udah berhenti ngambeknya. Sana pergi, nanti kalau Elang menghilang kamu menyesal," lanjut Carissa. Siska menarik nafasnya panjang, lalu setelah itu Siska segera keluar dari dalam kamar tersebut.     

***     

Dengan perasaan kesal Siska keluar dari dalam kamar Carissa turun menuju ruang tengah di mana Elang sedang duduk di sana.     

"Ngapain?" tanya Siska dengan ketus, wanita itu masih kesal dengan sikap Elang yang tidak menepati janji nya kemarin, dan hal itu membuat Siska sangat marah.     

"Mau jemput kamu, kata Bian saya harus menemani kamu ke Malang," ucap Elang dengan begitu formal. Mendengar ucapan itu membuat mata Siska melotot tajam, bagaimana tidak abangnya itu sungguh benar benar membuat Siska begitu kaget dengan apa yang terjadi.     

"Elang udah datang?" ucap Bunda Iren yang baru masuk bersama dengan Melody. Siska menatap ke arah bunda Iren.     

"Sudah bunda baru saja saya datang," jawab Elang.     

"Siska, kamu pergi nya bareng sama Elang saja. Pak Paijo nanti mau mengantar barang barang milik Tante Elsa, jadi tadi bunda minta Bian buat ngehubungin Elang," jelas bunda Iren. Siska hanya bisa menghela nafasnya berat, astaga rasa saat ini dirinya ingin berteriak dengan keadaan yang ada     

Entah apa yang akan terjadi, saat ini kedua nya sudah berada di dalam mobil yang sama, hanya ada kesunyian yang terdengar bukan tanpa sebab tapi Siska masih kesal dengan apa yang terjadi sebelumnya.     

"Kalau emang gak bisa antar, harusnya bilang jadi nggak usah keliling seperti ini," ujar Siska kesal.     

Sudah hampir 1 jam, mereka di jalan dan selama itu juga Elang tidak mengatakan akan pergi ke mana. Pria itu cuma bilang, ada sesuatu hal yang ingin di urus, hal itu membuat Siska kesal. Bukannya menjawab, Elang terus melajukan, mobilnya dan akhirnya berhenti di sebuah tempat.     

Dahi, Siska berkerut wanita itu berpikir untuk apa Elang berhenti di depan seperti ini.     

"Di sini saja. Saya bisa turun sendiri," ucap datar Elang. Mendengar ucapan itu membuat, Siska terdiam. Setelah Elang turun, Siska menggeram kesal dan berteriak dengan sangat kencang.     

"Astaga hari ini semua orang kenapa sih. Ini ada apa sih, ya ampun gue kesel banget," ucap Siska sangat kesal. Wanita itu benar benar terlihat kesal dengan keadaan seperti saat ini.     

Detik berganti menit, menit berganti jam. Hingga Siska menunggu, kedatangan Elang selama 1 jam di dalam mobil. Ya ampun, rasanya saat ini Siska ingin pergi meninggalkan Elang namun, tidak bisa pria itu sangat pintar kunci kedua di tinggalkan di dalam mobil dan kunci utama di bawa olehnya.     

"Licik banget," gumam Siska. Matanya beralih ke arah depan ketika melihat, Elang keluar bersama seorang wanita yang menurut Siska begitu seksi. Wanita itu membuang wajahnya kesal, dengan apa yang dirinya lihat saat ini.     

Brak!!!     

Suara pintu di tutup membuat Siska sedikit terkejut dengan suara tersebut. Bian kembali mengendarai mobil tersebut, kembali hanya suara mesin mobil yang terdengar tidak ada percakapan yang dilakukan oleh mereka berdua.     

Drt drt drt drt     

Suara getaran ponsel Siska membuat wanita itu segera melihat siapa yang menelpon dirinya.     

"Apa Mas?" tanya Siska langsung, wanita itu malas berbasa basi lagi. Dirinya sudah sangat kesal dengan keadaan saat ini, di tambah dengan dirinya yang lapar belum makan akibat menunggu Elang yang terlalu lama di dalam sana.     

"Kalian di mana, segera ke cafe Cemara di Jakarta Utara."     

"Mau ngapain Mas?" tanya Siska. Tadi pagi dirinya di minta ke Malang, dan sekarang harus pergi ke cafe lainnya. Siska jadi bingung di sini yang menjadi pemiliknya siapa. Rasanya kepala Siska sangat sakit memikirkan hal itu.     

"Buruan tidak ada waktu untuk menolak," ucap Bian.     

"Ta-tap …,"     

Panggilan telpon itu di putuskan oleh Bian secara sepihak membuat Siska hanya bisa menatap kesal. Astaga kenapa dengan semua orang hari ini, semua nya berhasil membuat diri nya kesal dan marah.     

"Gue gak perlu, bilang lagi kan kita mau ke mana? Mas Bian pasti udah ngasih tahu Lo," ucap Siska.     

"Hem," jawab Elang singkat. Mendapatkan jawaban singkat seperti itu membuat Siska menggeram kesal dan sangat kesal.     

***     

Mobil yang dikendarai oleh, Elang sudah sampai di basement parkiran cafe. Wanita itu segera menuju pintu belakang namun, pintu itu ternyata terkunci.     

"Tadi bukannya mas Elang baru saja lewat tapi kenapa sekarang gak bisa dibuka," ucapnya. Siska lalu berjalan menuju pintu depan, pintu dimana orang orang masuk ke dalam cafe.     

Namun, hal yang membuat Siska bingung adalah, cafenya itu terlihat sangat gelap. Dahi Siska berkerut, diliriknya jam yang ada di tangannya sudah siang dan tidak mungkin para pegawainya tidak datang. Namun, kemana mereka semua saat ini kenapa bisa tidak ada orang. Walaupun mereka belum datang, kenapa bisa pintu tidak di kunci memikirkan hal itu saja membuat Siska sudah kesal.     

Hingga suara musik bergema membuat Siska mencari sumber suara tak lama lampu sorot mengarah ke arah kanan tangannya di sana ada seorang pria yang membelakangi dirinya sambil bernyanyi.     

"Melamarmu"     

Di ujung cerita ini     

Di ujung kegelisahanmu     

Kupandang tajam bola matamu     

Cantik, dengarkanlah aku     

Aku tak setampan Don Juan     

Tak ada yang lebih dari cintaku     

Tapi saat ini 'ku tak ragu     

'Ku sungguh memintamu     

Jadilah pasangan hidupku     

Jadilah ibu dari anak-anakku     

Membuka mata dan tertidur di sampingku     

Aku tak main-main     

Seperti lelaki yang lain     

Satu yang kutahu     

Kuingin melamarmu     

Aku tak setampan Don Juan     

Tak ada yang lebih dari cintaku     

Tapi saat ini 'ku tak ragu     

'Ku sungguh memintamu     

Jadilah pasangan hidupku     

Jadilah ibu dari anak-anakku     

Membuka mata dan tertidur di sampingku     

Aku tak main-main     

Seperti lelaki yang lain     

Satu yang kutahu     

Kuingin melamarmu     

Uu-uu     

Uu-uu     

Jadilah pasangan hidupku     

Jadilah ibu dari anak-anakku     

Membuka mata (membuka mata) dan tertidur di sampingku (di sampingku)     

Aku tak main-main (main-main)     

Seperti lelaki yang lain     

Satu yang kutahu     

Oh, satu yang kumau     

Kuingin melamarmu     

Siska terdiam, wanita itu tidak tahu harus mengatakan apa melihat Elang di saan dengan pakaian yang sudah berganti dengan mic yang ada di tangannya membuat pria itu begitu sempurna.     

Lampu di sana menyala dengan sempurna dapat Siska lihat ada beberapa orang yang dirinya sangat kenal di sana. Mata Siska menatap om Arga dan Tante Elsa yang juga hadir di sini.     

"Siska Anggraini, selamat ulang tahun, dihari spesial ini maukah kamu menerima lamaran aku, menjadi istri dan ibu untuk anak anak kita. Menjadi pasangan yang menemani aku hingga akhir hayat," ucap Elang.     

Mendengar hal itu membuat, Siska tidak tahu harus bersikap seperti apa. Wanita itu hanya terdiam di tempatnya, menatap ke arah Elang yang sudah berjalan dan berlutut di depannya dengan memberikan sebuah cincin yang begitu berkilau.     

###     

Yeay, bab ini akhirnya muncul. Hehe, selamat membaca ya. Semoga suka dan bahagia buat kalian. Terima kasih, sehat terus yaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.